Senin, 26 Maret 2018

INFLASI DI INDONESIA



Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Inflasi adalah salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap negara. Masalah ekonomi ini dapat mewujudkan beberapa pengaruh  buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi pun perlu dijalankan.
Sebelum itu, kita semua harus tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan inflasi. Nah, Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Dibawah ini saya akan menyajikan data inflasi Indonesia selama beberapa tahun kebelakang, yaitu:



Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Secara tahunan alias year on year inflasi Desember 2012 mencapai 4,3%, sementara inflasi tahun berjalan alias year to date (Januari-Desember 2012) mencapai 4,3%. Inflasi ini relatif rendah dari proyeksi pemerintah yang mencapai 5,3%. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura 2,57 % dan Manokwari 1,89%. Sementara inflasi terendah terjadi di Kendari 0,02%. Menurut Suryamin, komposisi inflasi lebih banyak karena bahan makanan. Beras memberikan dorongan kepada inflasi sebesar 0,3%, ikan segar 0,22%, emas perhiasan 0,2%, rokok kretek filter 0,19%, daging sapi 0,17%, gula pasir 0,15%, tarif sewa ruma 0,15%, bawang putih 0,14%, dan tarif kontrak rumah 0,13%.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2013 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2013 terhadap Desember 2012) masing-masing sebesar 8,38%.
Tingkat inflasi nasional pada 2014 mencapai 8,36 persen, atau sedikit lebih rendah dari laju inflasi pada 2013 yaitu sebesar 8,38%. Dengan inflasi tertinggi di Merauke 4,53 persen dan terendah di Meulaboh 1,17 persen. Tingkat inflasi yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun 2014, diantaranya bensin yang menyumbang andil 1,04 persen. Selain itu, tarif listrik menyumbang andil inflasi pada 2014 sebesar 0,64 persen, angkutan dalam kota 0,63 persen, cabai merah 0,43 persen, beras 0,38 persen dan bahan bakar rumah tangga 0,37 persen. Komoditas lainnya seperti tarif angkutan udara juga ikut menyumbang laju inflasi nasional 2014 yaitu 0,22 persen, diikuti oleh cabai rawit sebesar 0,19 persen dan nasi dengan lauk 0,18 persen.
Tingkat inflasi sebesar 3,35 persen terjadi sepanjang 2015, dari Januari hingga Desember. Sementara secara year-on-year dibandingkan dengan 2014, inflasi Desember 2015 tumbuh juga sebesar 3,35 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke yaitu 2,87 persen dengan IHK 131,04 dan terendah terjadi di Cirebon yaitu 0,27 persen dengan IHK 118,94. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran. 
Indonesia mencatatkan inflasi sebesar 0,42 persen pada Desember 2016. Adapun tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari-Desember) mencapai 3,02 persen.
Dari 82 kota yang disurvei  BPS, 78 kota mencatat inflasi dan empat kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Lhokseumawe yaitu sebesar 2,25 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Manado yaitu 1,52 persen. Inflasi tertinggi di Lhokseumawe sebesar 2,25 persen. Kemudian di Padang Sidempuan. Sedangkan untuk deflasi terendah di Manado yaitu -1,52 persen," dia menuturkan. Data inflasi ini menunjukan harga berbagai komoditas di Desember 2016 relatif terkendali dibandingkan periode yang sama di 2015.
Pada Desember 2017 terjadi inflasi sebesar 0,71 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 131,28. Dari 82 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 2,28 persen dengan IHK sebesar 131,75 dan terendah terjadi di Sorong sebesar 0,18 persen dengan IHK sebesar 128,53.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 2,26 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,30 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,17 persen; kelompok sandang sebesar 0,13 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,75 persen. 
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2017 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2017 terhadap Desember 2016) masing-masing sebesar 3,61 persen. 
Setelah membaca data yang disajikan diatas, kita pasti bertanya-tanya, kenapa inflasi bisa terjadi disuatu Negara dan apa penyebab terjadinya inflasi. Penyebab terjadinya inflasi pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu..
1.      Demand Pull Inflation adalah permintaan masyarakat terlalu besar yang tidak dapat dilayani oleh kapasitas produksi sehingga terjadi terganggunya keseimbangan akan permintaan dan penawaran dengan melibatkan kenaikan harga. 
2.      Cosh Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga akan bahan baku atau kenaikan upah/gaji
Lantas, apa dampak yang ditimbulkan inflasi ?  Dibawah ini ada beberapa dampak inflasi diantaranya :
1.      Harga barang-barang dan jasa naik.
2.      Nilai dan kepercayaan akan uang mengalami penurunan atau berkurang.
3.      Menimbulkan tindakan spekulasi.
4.      Banyak proyek pembangunan yang akan macet atau terlantar.
5.      Kesadaran akan menabung masyarakat berkurang.
6.      Menimbulkan masalah dalam neraca pembayaran
7.      Menimbulkan masalah dalam keadaan di masa depan
8.      Menyebabkan tingkat bunga bertambah dan akan mengurangi investasi

Inflasi dapat dicegah dengan tiga kebijakan yang dilakukan pemerintah. Cara mengatasi inflasi adalah sebagai berikut :
1.      Kebijakan Moneter : Dalam teori moneter klasik, inflasi dapat terjadi karena penambahan jumlah uang yang beredar. Jadi, secara teoretis relatif mudah dalam mengatasi inflasi, yaitu dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dijalankan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu banyak sehingga inflasi dapat meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera melakukan dengan menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi banyak peredaran uang.
2.      Kebijakan Fiskal : kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan pemerintah dalam mengurangi inflasi adalah dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah dengan menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.
3.      Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal : pemerintah dapat melakukan kebijakan nonmoneter atau nonfiskal dengan melakukan tiga cara, yaitu menstabilkan upah (gaji), distribusi barang, dan menaikkan hasil produksi,  serta pengamanan harga.

Referensi :