Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai
macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada
negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia.
Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan kemiskinan
di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara
Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Inflasi adalah salah satu masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap negara. Masalah ekonomi ini dapat mewujudkan beberapa
pengaruh buruk yang bersifat ekonomi,
politik, dan sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin
timbul, berbagai kebijakan ekonomi pun perlu dijalankan.
Sebelum itu, kita semua harus tahu terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan inflasi. Nah, Inflasi
adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika inflasi meningkat, maka harga barang dan
jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang. Dengan demikian, inflasi
dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang terhadap
nilai barang dan jasa secara umum.
Dibawah ini saya akan
menyajikan data inflasi Indonesia selama beberapa tahun kebelakang, yaitu:
Menurut data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Secara tahunan
alias year on year inflasi Desember 2012 mencapai 4,3%,
sementara inflasi tahun berjalan alias year to date (Januari-Desember
2012) mencapai 4,3%. Inflasi ini relatif rendah dari proyeksi pemerintah yang
mencapai 5,3%. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura 2,57 % dan Manokwari
1,89%. Sementara inflasi terendah terjadi di Kendari 0,02%. Menurut Suryamin,
komposisi inflasi lebih banyak karena bahan makanan. Beras memberikan dorongan
kepada inflasi sebesar 0,3%, ikan segar 0,22%, emas perhiasan 0,2%, rokok
kretek filter 0,19%, daging sapi 0,17%, gula pasir 0,15%, tarif sewa ruma
0,15%, bawang putih 0,14%, dan tarif kontrak rumah 0,13%.
Tingkat inflasi
tahun kalender (Januari-Desember) 2013 dan tingkat inflasi tahun ke tahun
(Desember 2013 terhadap Desember 2012) masing-masing sebesar 8,38%.
Tingkat inflasi
nasional pada 2014 mencapai 8,36 persen, atau sedikit lebih rendah dari laju
inflasi pada 2013 yaitu sebesar 8,38%. Dengan inflasi tertinggi di Merauke 4,53
persen dan terendah di Meulaboh 1,17 persen. Tingkat inflasi yang relatif
tinggi ini dipengaruhi oleh komoditas yang harganya berfluktuasi sepanjang
tahun 2014, diantaranya bensin yang menyumbang andil 1,04 persen. Selain itu,
tarif listrik menyumbang andil inflasi pada 2014 sebesar 0,64 persen, angkutan
dalam kota 0,63 persen, cabai merah 0,43 persen, beras 0,38 persen dan bahan
bakar rumah tangga 0,37 persen. Komoditas lainnya seperti tarif angkutan udara
juga ikut menyumbang laju inflasi nasional 2014 yaitu 0,22 persen, diikuti oleh
cabai rawit sebesar 0,19 persen dan nasi dengan lauk 0,18 persen.
Tingkat inflasi
sebesar 3,35 persen terjadi sepanjang 2015, dari Januari hingga Desember.
Sementara secara year-on-year dibandingkan dengan 2014,
inflasi Desember 2015 tumbuh juga sebesar 3,35 persen. Inflasi tertinggi
terjadi di Merauke yaitu 2,87 persen dengan IHK 131,04 dan terendah terjadi di
Cirebon yaitu 0,27 persen dengan IHK 118,94. Inflasi terjadi karena adanya
kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok
pengeluaran.
Indonesia
mencatatkan inflasi sebesar 0,42 persen pada
Desember 2016. Adapun tingkat inflasi untuk tahun kalender (Januari-Desember)
mencapai 3,02 persen.
Dari 82 kota yang disurvei BPS, 78 kota mencatat
inflasi dan empat kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Lhokseumawe
yaitu sebesar 2,25 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Manado yaitu
1,52 persen. Inflasi tertinggi di Lhokseumawe sebesar 2,25 persen. Kemudian di
Padang Sidempuan. Sedangkan untuk deflasi terendah di Manado yaitu -1,52
persen," dia menuturkan. Data inflasi ini menunjukan harga berbagai
komoditas di Desember 2016 relatif terkendali dibandingkan periode yang sama di
2015.
Pada Desember
2017 terjadi inflasi sebesar 0,71 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)
sebesar 131,28. Dari 82 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 2,28 persen dengan IHK sebesar 131,75 dan
terendah terjadi di Sorong sebesar 0,18 persen dengan IHK sebesar 128,53.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang
ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok
bahan makanan sebesar 2,26 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau sebesar 0,30 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,17 persen; kelompok sandang sebesar 0,13 persen; kelompok
kesehatan sebesar 0,18 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga
sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar
0,75 persen.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2017
dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2017 terhadap Desember 2016)
masing-masing sebesar 3,61 persen.
Setelah membaca data yang disajikan diatas,
kita pasti bertanya-tanya, kenapa inflasi bisa terjadi disuatu Negara dan apa
penyebab terjadinya inflasi. Penyebab terjadinya inflasi pada umumnya dibedakan
menjadi dua, yaitu..
1.
Demand
Pull Inflation adalah permintaan masyarakat terlalu besar yang tidak dapat
dilayani oleh kapasitas produksi sehingga terjadi terganggunya keseimbangan
akan permintaan dan penawaran dengan melibatkan kenaikan harga.
2.
Cosh
Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga akan bahan
baku atau kenaikan upah/gaji
Lantas, apa dampak yang ditimbulkan inflasi
? Dibawah ini ada beberapa dampak
inflasi diantaranya :
1.
Harga
barang-barang dan jasa naik.
2.
Nilai
dan kepercayaan akan uang mengalami penurunan atau berkurang.
3.
Menimbulkan
tindakan spekulasi.
4.
Banyak
proyek pembangunan yang akan macet atau terlantar.
5.
Kesadaran
akan menabung masyarakat berkurang.
6.
Menimbulkan
masalah dalam neraca pembayaran
7.
Menimbulkan
masalah dalam keadaan di masa depan
8.
Menyebabkan
tingkat bunga bertambah dan akan mengurangi investasi
Inflasi dapat dicegah dengan tiga kebijakan
yang dilakukan pemerintah. Cara mengatasi inflasi adalah sebagai berikut :
1.
Kebijakan
Moneter : Dalam teori moneter klasik, inflasi dapat terjadi karena penambahan
jumlah uang yang beredar. Jadi, secara teoretis relatif mudah dalam mengatasi
inflasi, yaitu dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter
adalah tindakan yang dijalankan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau
menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu banyak
sehingga inflasi dapat meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera melakukan
dengan menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi banyak peredaran
uang.
2.
Kebijakan
Fiskal : kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan
pemerintah dalam mengurangi inflasi adalah dengan cara mengurangi pengeluaran
pemerintah dengan menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.
3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal
: pemerintah dapat melakukan kebijakan nonmoneter atau nonfiskal dengan
melakukan tiga cara, yaitu menstabilkan upah (gaji), distribusi barang, dan
menaikkan hasil produksi, serta pengamanan harga.
Referensi
: